Jakarta, CNBC Indonesia – Di tengah tekanan Indeks Harga Saham Gabungan dalam beberapa pekan terakhir, ada satu emiten yang cenderung defensif, PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU).
Ditutup pada harga Rp 1.025 pada perdagangan kemarin, Rabu (6/12/2024), saham TUGU masing-masing berkisar Rp 1.025 hingga 1.275 sejak awal tahun. dari hari ini. Puncak harga terjadi saat dividen diumumkan dengan total imbal hasil 14%.
Tapi apa fundamental saham TUGU?
Pertama, anak perusahaan Pertamina yang dikenal dengan brand Tugu Insurance merupakan perusahaan asuransi yang terus tumbuh positif selama 3 tahun terakhir. Pengumpulan premi bruto tercatat sebesar 13% berdasarkan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) selama periode 2021-2023.
Selain itu, total pendapatan meningkat dengan CAGR rata-rata sebesar 12%. Menariknya, laba bersih melonjak hingga CAGR sebesar 99%, didorong oleh pendapatan satu kali dari kasus hukum dengan Citibank pada tahun 2023.
Dari sisi aset, TUGU mencatatkan pertumbuhan tahunan rata-rata sebesar 12%. Selain itu, ekuitas konsolidasi emiten meningkat rata-rata 8% per tahun menjadi total Rp 10,28 triliun pada akhir tahun 2023.
TUGU merupakan salah satu perusahaan asuransi umum dengan modal terbesar di Indonesia. Hal ini mendukung TUGU untuk memiliki modal risiko sebesar 530% pada akhir tahun 2023, yang mencerminkan tingkat kesehatan yang tinggi dan kemampuan menyerap risiko yang besar serta memiliki potensi pertumbuhan bisnis yang lebih besar di masa depan.
“Pada dasarnya TUGU berhasil tumbuh positif karena fokus di segmen korporasi sekaligus mengembangkan segmen ritel. Kekuatannya ada di pasar Pertamina Group dan BUMN secara umum,” kata Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Yazid Muammar.
Berikut sejarah dividen TUGU. Perusahaan ini tergolong perusahaan dengan tingkat pembagian dividen yang tinggi setiap tahunnya. Kebijakan rasio pembayaran dividen dalam 3 tahun terakhir mencapai 40%. Hasil dividen pada tahun buku 2023 akan mencapai 14%. Tingginya imbal hasil tersebut salah satunya disebabkan oleh kapitalisasi pasar saat ini yang masih sangat rendah dibandingkan nilai buku ekuitas.
“Dengan imbal hasil tersebut pada tahun 2023, TUGU akan menjadi emiten dengan imbal hasil dividen terbesar di grup asuransi dan indeks IDXFinance,” kata Yazid.
Terakhir, valuasi TUGU masih tergolong murah. Hal ini tercermin dari rasio price to book value (PBV) yang berada pada kisaran 0,38x hingga 0,4x. PBV merupakan rasio yang membandingkan posisi harga suatu saham dengan nilai buku atau book value per lembar saham emitennya.
Untuk mengetahui PBV itu mahal atau murah, biasanya Anda bandingkan dengan kompetitornya, baik asuransi atau finansial. Untuk asuransi, rata-rata PBV berada pada kisaran 1x, sedangkan untuk indeks IDXFinance berada pada kisaran 1,5x hingga 2x. Dengan perbandingan tersebut, saham TUGU masih murah dibandingkan asuransi dan keuangan lainnya.
“Jika rasio wajar TUGU di PBV 0,8x hingga 1x, maka harga wajar TUGU berada pada kisaran Rp 2.120 hingga 2.750. Inilah potensi kenaikan saham TUGU,” ujarnya.
Yazid mengatakan TUGU memenuhi kriteria beberapa tujuan investasi seperti dividen dan value investment. “Salah satu kelemahan TUGU bukan terletak pada fundamentalnya, melainkan pada segmen asuransi yang biasanya kurang populer di kalangan investor ekuitas,” ujarnya.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel lain
Keuntungan TUGU melonjak 215%, sahamnya melonjak lebih dari 2%
(ay/ayh)
Quoted From Many Source